Senin, 01 Oktober 2012

MESIN SEKRAP

1.     Sebutkan bagian-bagian mesin sekrap!
-          Tuas pengumpil, lampu, patah pahat dan spindel.

2.     Sebutkan sudut-sudut pahat pada mesin sekrap!
-          Sudut potong
-          Sudut bibir potong
-          Sudut ujung bebas
-          Sudut tatal belakang
-          Sudut sisi sayat
-          Sudut sisi bebas

3.     Faktor-faktor yang mempengaruhi faktor penyayatan pada mesin sekrap!
-          Kekerasan benda yang disekrap
-          Kekerasan benda padat
-          Derajat kehalusan
-          Derajat kehalusan yang diinginkan
-          Kecepatan langkah
-          Kemampuan mesin

4.     Macam-macam mesin sekrap!
-          Menurut cara kerja: mesin sekrap biasa, mesin sekrap sloting dan mesin sekrap planer.
-          Menurut tenaga penggerak: mesin sekrap engkol dan mesin sekrap hidrolik.

5.     Cara kerja mesin sekrap!
Cara kerja mesin sekrap: pada mesin sekrap gerakan berputar dari motor diubah menjadi gerak lurus/gerak bolak-balik melalui blok geser dan lengan penggerak. Posisi langkah dapat distur dengan spindel posisi







PERINGKAT KINERJA OPERATOR



2.1       Pengukuran Waktu
            Pengukuran waktu (Time Study) ialah suatu usaha untuk menentukan lama kerja yang dibutuhkan  seorang operator (terlatih dan “qualified”) dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yang spesifik pada tingkat kecepatan kerja yang normal dalam lingkungan kerja yang terbaik pada saat itu. Teknik Pengukuran Waktu Kerja Terbagi 2:
1.    Secara Langsung
a.    Pengukuran jam henti (stopwatch time study)
b.    Sampling pekerjaan (work sampling)
2.    Secara tak Langsung
a.       Data waktu baku (standard data)
b.      Data waktu gerakan (predetermined time system)

2.1.1    Langkah-langkah Sebelum Pengukuran
            Sebelum melakukan pengukuran ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Di bawah ini akan disebutkan langkah-langkah sebelum pengukuran diantaranya sebagai berikut:
1.      Menetapkan tujuan pengukuran
a.       Untuk apa?
b.      Berapa tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkan.
2.      Melakukan penelitian pendahuluan
a.       Mempelajari kondisi kerja dan cara kerja sehingga diperoleh usaha perbaikan!!!
b.      Membakukan secara tertulis sistem kerja yang telah dianggap baik!!
c.       Operator perlu pegangan baku.
3.      Memilih operator
Memiliki kemampuan normal dan dapat bekerja sama, dan wajar.
4.      Melatih operator
Kurva belajar (Learning Curve)
5.      Menguraikan pekerjaan atas elemen-elemen pekerjaan
Elemen-elemen kerja dibuat sedetail dan sependek mungkin tapi masih mudah untuk diukur waktunya dengan teliti.
6.      Menyiapkan alat-alat pengukuran
Stopwatch, papan dan lembar pengamatan, kalkulator, alat tulis.
7.      Melakukan pengukuran

2.1.2        Melakukan Pengukuran Waktu
            Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktu-waktu kerjanya baik setiap elemen ataupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang telah disiapkan.
            Ada 3 metode yang digunakan untuk mengukur elemen-elemen kerja, adalah sebagai berikut :
a.       Continous Timing
b.      Repetitive Timing (Step-Back Method)
c.       Accumulative Timing
            Hal pertama yang dilakukan adalah melakukan pengukuran pendahuluan. Tujuan dari pengukuran pendahuluan adalah untuk mengetahui berapa kali pengukuran harus dilakukan untuk tingkat-tingkat ketelitian dan keyakinan yang diinginkan (Sritomo, 1992)
           


Kemudian mencatat semua data yang didapat, yang dilanjutkan dengan proses perhitungan data. Rumus-rumus yang digunakan, antara lain:

-          Nilai rata-rata
 


-         
 
Standar deviasi



-          Standar deviasi dari distribusi harga rata-rata
 


-          Batas Kontrol Atas (BKA) dan Batas Kontrol Bawah (BKB)
 



2.1.3    Tingkat Ketelitian, Tingkat Keyakinan, dan Pengujian Keseragaman Data
Berbicara tentang tingkat ketelitian dan pengujian keseragaman data. Sebenarnya merupakan pembicaraan tentang pengertian statistik. Karenanya untuk memahami secara mendalam diperlukan beberapa pengetahuan statistik. Tetapi sungguhpun demikian, yang dikemukakan berikut ini adalah pembahasan ke arah pemahamannya dengan cara yang diusahakan sesederhana mungkin (Sutalaksana, 2006).

2.1.3    Tingkat Ketelitian dan Tingkat Keyakinan
            Dicari dengan melakukan pengukuran-pengukuran ini adalah waktu yang sebenarnya dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu yang ideal tentunya dilakukan pengukuran-pengukuran yang sangat banyak (sampai tak terhingga kali, misalnya), karena dengan demikian diperoleh jawaban yang pasti. Tetapi hal ini jelas tidak mungkin karena keterbatasan waktu, tenaga, dan tentunya biaya. Namun sebaliknya jika dilakukan hanya beberapa kali pengukuran saja, dan biaya yang besar tetapi hasilnya tidak dapat dipercaya. Jadi walaupun jumlah pengukuran tidak berjuta kali, tetapi jelas tidak hanya beberapa kali saja. Tingkat ketelitian adalah penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari waktu penyelesaian sebenarnya. Dan tingkat keyakinan yaitu besarnya keyakinan pengukur bahwa hasil yang didapat memenuhi syarat ketelitian (Sutalaksana, 2006).

2.1.4    Pengujian Keseragaman Data
            Sekarang akan dilihat beberapa hal yang berhubungan dengan pengujian keseragaman data. Secara teoritis apa yang dilakukan dalam pengujian ini adalah berdasarkan teori-teori statistik tentang peta kontrol yang biasanya digunakan dalam menggunakan pengendalian kualitas di pabrik atau tempat kerja yang lain. Telah dikemukakan bahwa satu langkah yang dilakukan sebelum pengukuran adalah merancang suatu sistem kerja yang baik, yang terdiri dari kondisi kerja dan cara kerja yang baik. Jadi yang dihadapi adalah jika suatu sistem yang akan diukur merupakan sistem yang sudah ada maka sistem ini dipelajari untuk kemudian diperbaiki (Sutalaksana, 2006).
            Apabila sistemnya belum ada maka yang dilakukan adalah merancang sesuatu yang baru dan baik. Terhadap suatu sistem yang baik inilah pengukuran waktu dilakukan dan dari sistem inilah waktu penyelesaian dicari. Walau selanjutnya pembakuan sistem yang dipandang baik ini telah dilakukan, seringkali pengukur, sebagaimana juga operator, tidak mengetahui terjadinya perubahan-perubahan pada sistem kerja (Sutalaksana, 2006).          
2.1.5    Penyesuaian Waktu dengan Rating Performance Kerja
Barangkali bagian yang paling penting tetapi justru yang paling sulit didalam pelaksanaan pengukuran kerja adalah kegiatan evaluasi kecepatan atau tempo kerja operator pada saat pengukuran kerja berlangsung. Kecepatan, usaha, tempo ataupun performance kerja semuanya akan menunjukkan kecepatan gerakan operator pada saat bekerja. Aktifitas untuk menilai atau mengevaluasi kecepatan kerja operator ini dikenal sebagai “Rating Performance”. Secara umum kegiatan rating ini dapat didefinisikan sebagai “a process during which the time study analyst compare the performance (speed or tempo) of the operator under observation with the observer’s own concept of normal performance (Sritomo, 1992).
Melakukan rating ini diharapkan waktu kerja yang diukur bisa dinormalkan kembali. Ketidak normalan dari waktu kerja ini diakibatkan oleh operator yang bekerja secara kurang wajar yaitu bekerja dalam tempo atau kecepatan yang tidak sebagaimana mestinya. Suatu saat dirasakan terlalu cepat dan disaat lain malah terlalu lambat. Rating adalah satu persoalan penilaian yang merupakan bagian dari aktifitas pengukuran kerja dan untuk menetapkan waktu baku penyelesaian kerja tidak bisa tidak faktor penilaian (lebih cenderung bersifat subyektif) terhadap tempo kerja operator ini harus dibuat oleh time study analyst (Sritomo, 1992).    
           
2.1.6        Perhitungan Waktu Baku
Setelah proses pengukuran selesai, langkah selanjutnya adalah mengolah data tersebut sehingga memberikan waktu baku. Cara untuk mendapatkan waktu baku adalah sebagai berikut:
a.   Hitung waktu siklus rata-rata (Ws)
 
Waktu siklus adalah Waktu penyelesaian satu satuan produksi mulai dari bahan baku atau mulai diproses di tempat kerja yang bersangkutan. Rumus yang digunakan adalah:


b.      Hitung waktu normal (Wn)
Waktu normal adalah waktu penyelesaian pekerjaan yang diselesaikan oleh pekerja dalam kondsi wajar dan kemampuan rata-rata. Rumus yang digunakan adalah:
keterangan:
p = faktor penyesuaian
Adapun pembagian faktor penyesuaian, yaitu:
1.        p = 1 / p = 100% berarti bekerja normal
2.        p > 1 / p > 100% berarti bekerja cepat
3.        p < 1 / p < 100% berarti bekerja lambat

c.       Hitung waktu baku (Wb)
Waktu baku adalah waktu penyelesaian yang dibutuhkan secara wajar oleh pekerja normal untuk menyelesaikan pekerjaannya yang dikerjakan dalam sistem kerja terbaik pada saat itu. Rumus yang digunakan adalah:
 

keterangan:
l = kelonggaran atau allowance yang diberikan kepada pekerja untuk menyelesaikan    pekerjaannya disamping waktu normal.
Adapun manfaat dari waktu baku, antara lain:
a.       Man Power Planning
b.      Estimasi biaya-biaya untuk upah kerja
c.       Penjadwalan produksi dan penganggaran
d.      Indikasi keluaran untuk mampu dihasilkan oleh pekerja
e.       Perencanaan sistem pemberian bonus dan intsestif bagi pekerja yang berprestasi

DAFTAR PUSTAKA

Haq Ainul; Peringkat Kinerja Operator; Penerbit Gunadarma; 20011, Bekasi
Sutalaksana Iftikar dkk; Teknik Perancangan Sistem kerja; Penerbit ITB;
2006, Bandung.
Wignjosoebroto Sritomo; Teknik Tata Cara Dan Pengukuran kerja; Penerbit
Gramedia; 1992, Jakarta

WORK SAMPLING



2.1.      Definisi Work Sampling
Work sampling adalah suatu teknik untuk mengadakan sejumlah besar pengamatan terhadap aktifitas kinerja dari mesin proses atau operator. Pada awalnya cara ini dikembangkan di inggris oleh seorang yang bernama L.H.C Tippet di pabrik-pabrik tekstil di Inggris, tetapi karena kegunaannya, cara ini kemudian dipakai di Negara-negara lain secara lebih luas (Sutalaksana, 2006). Dari namanya dapat diduga bahwa cara ini menggunakan prinsip-prinsip ilmu statistic.

Tabel 2.1 Perbedaan Stopwatch dengan Work Sampling
Stopwatch
Work Sampling
Pekerjaan rutin dan monoton
Pekerjaan bervariasi dan tidak rutin
Umumnya mengamati 1 orang
Dapat mengamati beberapa orang
Perhitungan berdasarkan waktu
Berdasarkan proporsi
Siklus pekerjaan pendek & jelas
Siklus tidak jelas
Pengamatan kontinu
Pengamatan diskrit
 
2.1.2    Cara Kerja Work Sampling
            Sebenarnya pengamatan sesaat-sesaat pada waktu yang acak tidak berbeda dengan seorang mahasiswa yang mengunjungi temannya di rumah. Kunjungan ini biasanya dilakukan pada waktu-waktu yang tidak tentu, kadang-kadang setiap hari sekali, dua kali sehari atau tiga kali sehari, atau mungkin juga seminggu sekali atau kurang dari itu. Jika mahasiswa tersebut mengunjungi temannya pada waktu yang tidak tertentu seperti demikian dapat dikatakanb dia melakukan kunjungan pada waktu-waktu yang acak. Berdasarkan pengalaman ini, jika dia bertemu dengan temannya mungkin akan berkata : “wah, tampaknya kau sering tidak berada di rumah”. Jika dia melakukan kunjungan-kunjungan lagi, katakanlah sampai seratus kali, dan dari keseratus kunjungan itu temannya tidak dijumpai sebanyak 75 kali, maka sekarang dia dapat berkata “Rupanya tujuh puluh lima persen  dari waktumu tidak dihabiskan di rumah”.
            Ilustrasi diatas menunjukkan bagaimana kesimpulan tentang ada tidaknya sesuatu kejadian dapat disimpulkan melalui kunjungan-kunjungan. Demikian pula kurang lebih apa yang terjadi dengan sampling pekerjaan. Kunjungan-kunjungan dilakukan untuk mengetahui apa yang terjadi di tempat kerja yang bersangkutan. Dari catatan yang dilakukan setiap kali kunjungan, dapat dilihat berbagai kegiatan yang terjadi beserta berapa sering (frekuensi) kegiatan itu teramati semakin tinggi frekuensi, semakin sering kejadian tersebut dilakukan dan dapat pula diduga bahwa total waktu yang di butuhkan semakin banyak (Sutalaksana, 2006).

2.1.3        Macam-macam fungsi Work Sampling
            Karena cara bekerjanya seperti yang telah di kemukakan diatas, sampling pekerjaan mempunyai beberapa kegunaan lain di bidang produksi selain untuk menghitung waktu penyelasaian. Kegunaan-kegunaan tersebut ialah:
1.                  Untuk mengetahui distribusi pemakain waktu sepanjang waktu kerja oleh pekerja atau kelompok kerja
2.                  Untuk mengetahui tingkat pemanfaatan mesin-mesin atau alat-alat di pabrik
3.                  Untuk menentukan waktu baku nagi pekerja-pekerja tidak langsung
4.                  Untuk memperkirakan kelonggaran bagi suatu pekerjaan
            Distribusi pemakaian waktu kerja atau kelompok pekerja dan tingkat pemanfaatan mesin mesin atau alat-alat secara mudah diketahui dengan mempelajari frekuensi setiap kegiatan atau pemakaian dari catatan pengamatan setiap melakukan kunjungan. Kegunaan-kegunaan sampling pekerjaan yang dikemukakan ini tampak sebagai kelebihan cara dibandingkan dengan cara jam henti (Sutalaksana, 2006)
            Kemampuan sampling pekerjaan memperkirakan kelonggaran merupakan hal penting yang patut dicatat. Untuk kegunaan yang satu ini akan dibicarakan lebih banyak pada pasal 10,7 nanti. Tentang lamanya pengamatan, ternyata pada umumnya cara sampling pekerjaan membutuhkan waktu yang lebih lama daripada cara jam henti. Cara sampling pekerjaan sering kali terlalu mahal. Memang dalam keadaan demikian cara jam henti dapat memberikan hasil yang sama kualitasnya dalam waktu yang jauh lebih cepat dan tentunya lebih murah.

2.1.4    Menghitung Waktu Baku
            Hal yang terakhir dilakukan adalah menghitung waktu baku. Waktu normal adalah waktu penyelesaian pekerjaan yang diselesaikan oleh pekerja dalam kondsi wajar dan kemampuan rata-rata. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:


    

 
 


dimana,
p = faktor penyesuaian
Waktu baku adalah waktu penyelesaian yang dibutuhkan secara wajar oleh pekerja normal untuk menyelesaikan pekerjaannya yang dikerjakan dalam sistem kerja terbaik pada saat itu. Rumus yang digunakan adalah :
        

 
    


2.1.5     Prosedur Pelaksanaan Work Sampling
              Metode sampling kerja sangat cocok untuk digunakan dalam melakukan pengamatan atas pekerjaan yang sifatnya tidak berulang dan yang memiliki siklus waktu yang relative panjang. Pada dasarnya prosedur pelaksanaannya cukup sederhana, acak terhadap satu atau lebih mesin/operator dan kemudian mencatatnya apakah mereka ini dalam keadaan bekerja atau menganggur (idle) jika dalam pengamatan ini terlihat bahwa mesin atau operator sedang bekerja, maka tanda tally akan diberikan untuk kondisi bekerja sedangkan apabila sedang menganggur tanda tally diberikan untuk kondisi menganggur ini (Sritomo, 1992)


2.1.6   Pengukuran Kerja Dengan Metode Sampling
            Metode sampling kerja akan terasa jauh lebih efisien karena informasi yang dikehendaki akan didapatkan dalam waktu yang relative lebih singkat dan dengan biaya yang tidak terlalu besar. Secara garis besar metode sampling kerja ini akan dapat digunakan untuk:
                     Mengukur “Ratio Delay” dari sejumlah mesin, karyawan atau operator atau fasilitas kerja lainnya. Sebagai contoh ialah untuk menentukan prosentase dari jam atau hari dimana mesin atau orang benar-benar terlibat dalam aktifitas kerja, dan prosentase dimana sama sekali tidak ada aktifitas kerja yang dilakukan (menganggur atau idle)
                     Menetapkan “Performance Level” dari seseorang selama waktu kerjanya berdasarkan waktu-waktu dimana orang ini bekerja atau tidak bekerja terutama sekali untuk pekerjaan-pekerjaan manual.
                     Menentukan waktu baku untuk suatu proses atau operasi kerja seperti halnya yang bisa dilaksanakanoleh pengukuran kerja lainnya (Sritomo, 1992)

2.1.7    Pemakaian Peta Kontrol Dalam Work Sampling
            Peta control control chart yang secara umum telah banyak digunakan dalam statistical quality control dapat pula dipergunakan dalam pelaksanaan sampling kerja. Dengan menggunakan peta kontrol ini maka kita secara jelas akan dapat melihat dengan segera kondisi-kondisi kerja yang terasa tidak wajar, misalnya kondisi disaat baru saja terjadi kecelakaan pada lokasi yang berdekatan yang mana secara psikologis hal ini akan dapat mempengaruhi aktifitas kerja dari operator yang sedang kita amati.

2.1.8    MENENTUKAN WAKTU KUNJUNGAN
            Untuk menentukan, biasanya satu hari kerja dibagi kedalam satuan-satuan waktu yang besarnya ditentukan oleh pengukur. Biasanya panjang satu satuan waktu tidak  terlampau panjang  (lama).  Berdasarkan  satu-satuan  waktu  inilah  saat-saat kunjungan  ditentukan. Waktu kunjungan tidak boleh melebihi 2/3 dari total jam kerja.  Misalkan  satu-satuan waktu  panjangnya 10 menit. Misalnya 1 hari terdapat 8 jam  kerja, sehingga ada 6 observasi dalam 1 jam. Setelah itu, didapat 48 kali observasi untuk 1 hari (6*8 jam=48 observasi). Untuk menentukan jumlah observasi, dihitung dengan (2/3*48=32) sehingga didapat 32 kali observasi dalam 1 hari. Waktu kunjungan tidak boleh pada saat-saat tertentu yang kita ketahui  dalam  keadaan tidak bekerja  misalnya  jam-jam istirahat atau  hari  libur, dimana  tidak ada kegiatan secara resmi.
Tabel 2.2. Contoh lembar pengamatan pengukuran waktu
TABEL WAKTU ACAK
Nama Tempat                    :
Lokasi                                :
Pengamatan ke                   :
Tanggal                              :
Waktu                                           :
No.
Waktu
Operator 1
Output
Operator 2
Output
Jm:mnt:dtk
Kerja
Idle
Kerja
Idle
1







2







3







4







5







6







7







8







9







10











2.1.9    Aplikasi Work Sampling dalam Industri, antara lain :
1.         Penetapan Waktu Baku
• Mengetahui prosentase antara aktivitas dan idle.
• Menetapkan waktu baku.
2.         Penetapan Waktu Tunggu
• Menekan  aktivitas  idle  sampai  prosentase  yang  terkecil,  yaitu  dengan memperbaiki metode kerja dan alokasi pembebanan mesin atau manusia secara tepat.
3.         Disiplin Kerja
• Dapat  meningkatkan  disiplin  kerja  karena  Work  Sampling  dilakukan
sacara random.
Untuk keperluan penyesuaian keterampilan dibagi menjadi enam kelas dengan ciri – ciri dari setiap kelas seperti yang dikemukakan berikut ini:
SUPER SKILL :
1. Secara bawaan cocok sekali dengan pekerjaannya.
2. Bekerja dengan sempurna
3. Tampak seperti telah terlatih dengan sangat baik
4. Gerakan – gerakannya halus tetapi sangat cepat sehingga
sulit untuk diikuti.
5. Kadang – kadang terkesan tidak berbeda dengan gerakan – gerakan mesin.
6. Perpindahan dari satu elemen pekerjaan ke elemen lainnya tidak terlampau terlihat karena lancarnya.
7. Tidak terkesan adanya gerakan  – gerakan berpikir dan merencanakan  dan merencanakan tentang apa yang dikerjakan (sudah sangat otomatis)
8. Secara umum dapat dikatakan bahwa pekerjaan
bersangkutan adalah pekerjaan yang baik.
EXELLENT SKILL :
1. Percaya pada diri sendiri
2. Tampak cocok dengan pekerjaannya.
3. Terlihat telah terlatih baik.
4. Bekerjanya teliti dengan tidak banyak melakukan
pengukuran–pengukuran atau pemeriksaan–pemeriksaan.
5. Gerakan–gerakan kerja beserta urutan–urutannya
dijalankan tanpa kesalahan.
6. Menggunakan peralatan dengan baik.
7. Bekerjanya cepat tanpa mengorbankan mutu