2.1. Definisi Work Sampling
Work sampling adalah
suatu teknik untuk mengadakan sejumlah besar pengamatan terhadap aktifitas
kinerja dari mesin proses atau operator. Pada awalnya cara ini dikembangkan di
inggris oleh seorang yang bernama L.H.C Tippet di pabrik-pabrik tekstil di
Inggris, tetapi karena kegunaannya, cara ini kemudian dipakai di Negara-negara
lain secara lebih luas (Sutalaksana, 2006). Dari namanya dapat diduga bahwa
cara ini menggunakan prinsip-prinsip ilmu statistic.
Tabel
2.1 Perbedaan Stopwatch dengan Work Sampling
Stopwatch
|
Work Sampling
|
Pekerjaan
rutin dan monoton
|
Pekerjaan
bervariasi dan tidak rutin
|
Umumnya
mengamati 1 orang
|
Dapat
mengamati beberapa orang
|
Perhitungan
berdasarkan waktu
|
Berdasarkan
proporsi
|
Siklus
pekerjaan pendek & jelas
|
Siklus
tidak jelas
|
Pengamatan
kontinu
|
Pengamatan
diskrit
|
2.1.2 Cara Kerja Work Sampling
Sebenarnya pengamatan sesaat-sesaat
pada waktu yang acak tidak berbeda dengan seorang mahasiswa yang mengunjungi temannya
di rumah. Kunjungan ini biasanya dilakukan pada waktu-waktu yang tidak tentu,
kadang-kadang setiap hari sekali, dua kali sehari atau tiga kali sehari, atau
mungkin juga seminggu sekali atau kurang dari itu. Jika mahasiswa tersebut
mengunjungi temannya pada waktu yang tidak tertentu seperti demikian dapat
dikatakanb dia melakukan kunjungan pada waktu-waktu yang acak. Berdasarkan
pengalaman ini, jika dia bertemu dengan temannya mungkin akan berkata : “wah,
tampaknya kau sering tidak berada di
rumah”. Jika dia melakukan kunjungan-kunjungan lagi, katakanlah sampai seratus
kali, dan dari keseratus kunjungan itu temannya tidak dijumpai sebanyak 75
kali, maka sekarang dia dapat berkata “Rupanya tujuh puluh lima persen dari
waktumu tidak dihabiskan di rumah”.
Ilustrasi diatas menunjukkan
bagaimana kesimpulan tentang ada tidaknya sesuatu kejadian dapat disimpulkan
melalui kunjungan-kunjungan. Demikian pula kurang lebih apa yang terjadi dengan
sampling pekerjaan. Kunjungan-kunjungan dilakukan untuk mengetahui apa yang
terjadi di tempat kerja yang bersangkutan. Dari catatan yang dilakukan setiap
kali kunjungan, dapat dilihat berbagai kegiatan yang terjadi beserta berapa
sering (frekuensi) kegiatan itu teramati semakin tinggi frekuensi, semakin
sering kejadian tersebut dilakukan dan dapat pula diduga bahwa total waktu yang
di butuhkan semakin banyak (Sutalaksana, 2006).
2.1.3
Macam-macam
fungsi Work Sampling
Karena cara bekerjanya seperti yang
telah di kemukakan diatas, sampling pekerjaan mempunyai beberapa kegunaan lain
di bidang produksi selain untuk menghitung waktu penyelasaian.
Kegunaan-kegunaan tersebut ialah:
1.
Untuk mengetahui distribusi pemakain
waktu sepanjang waktu kerja oleh pekerja atau kelompok kerja
2.
Untuk mengetahui tingkat pemanfaatan
mesin-mesin atau alat-alat di pabrik
3.
Untuk menentukan waktu baku nagi
pekerja-pekerja tidak langsung
4.
Untuk memperkirakan kelonggaran bagi
suatu pekerjaan
Distribusi pemakaian waktu kerja
atau kelompok pekerja dan tingkat pemanfaatan mesin mesin atau alat-alat secara
mudah diketahui dengan mempelajari frekuensi setiap kegiatan atau pemakaian
dari catatan pengamatan setiap melakukan kunjungan. Kegunaan-kegunaan sampling
pekerjaan yang dikemukakan ini tampak sebagai kelebihan cara dibandingkan
dengan cara jam henti (Sutalaksana, 2006)
Kemampuan sampling pekerjaan
memperkirakan kelonggaran merupakan hal penting yang patut dicatat. Untuk
kegunaan yang satu ini akan dibicarakan lebih banyak pada pasal 10,7 nanti.
Tentang lamanya pengamatan, ternyata pada umumnya cara sampling pekerjaan
membutuhkan waktu yang lebih lama daripada cara jam henti. Cara sampling
pekerjaan sering kali terlalu mahal. Memang dalam keadaan demikian cara jam
henti dapat memberikan hasil yang sama kualitasnya dalam waktu yang jauh lebih
cepat dan tentunya lebih murah.
2.1.4 Menghitung
Waktu Baku
Hal yang terakhir dilakukan adalah
menghitung waktu baku. Waktu normal adalah waktu penyelesaian pekerjaan yang
diselesaikan oleh pekerja dalam kondsi wajar dan kemampuan rata-rata. Rumus
yang digunakan adalah sebagai berikut:
|
dimana,
p = faktor
penyesuaian
Waktu
baku adalah waktu penyelesaian yang dibutuhkan secara wajar oleh pekerja normal
untuk menyelesaikan pekerjaannya yang dikerjakan dalam sistem kerja terbaik
pada saat itu. Rumus yang digunakan adalah :
|
2.1.5 Prosedur Pelaksanaan Work Sampling
Metode
sampling kerja sangat cocok untuk digunakan dalam melakukan pengamatan atas
pekerjaan yang sifatnya tidak berulang dan yang memiliki siklus waktu yang
relative panjang. Pada dasarnya prosedur pelaksanaannya cukup sederhana, acak
terhadap satu atau lebih mesin/operator dan kemudian mencatatnya apakah mereka
ini dalam keadaan bekerja atau menganggur (idle) jika dalam pengamatan ini
terlihat bahwa mesin atau operator sedang bekerja, maka tanda tally akan
diberikan untuk kondisi bekerja sedangkan apabila sedang menganggur tanda tally
diberikan untuk kondisi menganggur ini (Sritomo, 1992)
2.1.6 Pengukuran Kerja Dengan Metode Sampling
Metode sampling kerja akan terasa
jauh lebih efisien karena informasi yang dikehendaki akan didapatkan dalam
waktu yang relative lebih singkat dan dengan biaya yang tidak terlalu besar. Secara
garis besar metode sampling kerja ini akan dapat digunakan untuk:
•
Mengukur “Ratio
Delay” dari sejumlah mesin, karyawan atau operator atau fasilitas kerja
lainnya. Sebagai contoh ialah untuk menentukan prosentase dari jam atau hari
dimana mesin atau orang benar-benar terlibat dalam aktifitas kerja, dan
prosentase dimana sama sekali tidak ada aktifitas kerja yang dilakukan
(menganggur atau idle)
•
Menetapkan “Performance
Level” dari seseorang selama waktu kerjanya berdasarkan waktu-waktu dimana
orang ini bekerja atau tidak bekerja terutama sekali untuk pekerjaan-pekerjaan
manual.
•
Menentukan waktu baku untuk suatu proses atau operasi
kerja seperti halnya yang bisa dilaksanakanoleh pengukuran kerja lainnya
(Sritomo, 1992)
2.1.7 Pemakaian Peta Kontrol Dalam Work Sampling
Peta control control chart yang
secara umum telah banyak digunakan dalam statistical
quality control dapat pula dipergunakan dalam pelaksanaan sampling kerja.
Dengan menggunakan peta kontrol ini maka kita secara jelas akan dapat melihat
dengan segera kondisi-kondisi kerja yang terasa tidak wajar, misalnya kondisi
disaat baru saja terjadi kecelakaan pada lokasi yang berdekatan yang mana
secara psikologis hal ini akan dapat mempengaruhi aktifitas kerja dari operator
yang sedang kita amati.
2.1.8 MENENTUKAN WAKTU KUNJUNGAN
Untuk
menentukan, biasanya satu hari kerja dibagi kedalam satuan-satuan waktu yang
besarnya ditentukan oleh pengukur. Biasanya panjang satu satuan waktu
tidak terlampau panjang (lama).
Berdasarkan satu-satuan waktu
inilah saat-saat kunjungan ditentukan. Waktu kunjungan tidak boleh
melebihi 2/3 dari total jam kerja.
Misalkan satu-satuan waktu panjangnya 10 menit. Misalnya 1 hari terdapat
8 jam kerja, sehingga ada 6 observasi
dalam 1 jam. Setelah itu, didapat 48 kali observasi untuk 1 hari (6*8 jam=48
observasi). Untuk menentukan jumlah observasi, dihitung dengan (2/3*48=32)
sehingga didapat 32 kali observasi dalam 1 hari. Waktu kunjungan tidak boleh
pada saat-saat tertentu yang kita ketahui
dalam keadaan tidak bekerja misalnya
jam-jam istirahat atau hari libur, dimana
tidak ada kegiatan secara resmi.
Tabel 2.2. Contoh lembar pengamatan pengukuran waktu
TABEL WAKTU ACAK
|
|||||||
Nama
Tempat :
Lokasi :
Pengamatan
ke :
Tanggal :
Waktu :
|
|||||||
No.
|
Waktu
|
Operator
1
|
Output
|
Operator
2
|
Output
|
||
Jm:mnt:dtk
|
Kerja
|
Idle
|
Kerja
|
Idle
|
|||
1
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
|
|
|
|
|
|
|
6
|
|
|
|
|
|
|
|
7
|
|
|
|
|
|
|
|
8
|
|
|
|
|
|
|
|
9
|
|
|
|
|
|
|
|
10
|
|
|
|
|
|
|
|
2.1.9 Aplikasi Work
Sampling dalam Industri, antara lain :
1. Penetapan
Waktu Baku
•
Mengetahui prosentase antara aktivitas dan idle.
•
Menetapkan waktu baku.
2. Penetapan
Waktu Tunggu
• Menekan
aktivitas idle sampai
prosentase yang terkecil,
yaitu dengan memperbaiki metode
kerja dan alokasi pembebanan mesin atau manusia secara tepat.
3. Disiplin
Kerja
•
Dapat meningkatkan disiplin
kerja karena Work Sampling
dilakukan
sacara
random.
Untuk
keperluan penyesuaian keterampilan dibagi menjadi enam kelas dengan ciri – ciri
dari setiap kelas seperti yang dikemukakan berikut ini:
SUPER SKILL :
1. Secara
bawaan cocok sekali dengan pekerjaannya.
2. Bekerja
dengan sempurna
3. Tampak
seperti telah terlatih dengan sangat baik
4. Gerakan
– gerakannya halus tetapi sangat cepat sehingga
sulit
untuk diikuti.
5. Kadang
– kadang terkesan tidak berbeda dengan gerakan – gerakan mesin.
6.
Perpindahan dari satu elemen pekerjaan ke elemen lainnya tidak terlampau
terlihat karena lancarnya.
7. Tidak
terkesan adanya gerakan – gerakan
berpikir dan merencanakan dan
merencanakan tentang apa yang dikerjakan (sudah sangat otomatis)
8. Secara
umum dapat dikatakan bahwa pekerjaan
bersangkutan
adalah pekerjaan yang baik.
EXELLENT SKILL :
1. Percaya
pada diri sendiri
2. Tampak
cocok dengan pekerjaannya.
3.
Terlihat telah terlatih baik.
4.
Bekerjanya teliti dengan tidak banyak melakukan
pengukuran–pengukuran
atau pemeriksaan–pemeriksaan.
5.
Gerakan–gerakan kerja beserta urutan–urutannya
dijalankan
tanpa kesalahan.
6.
Menggunakan peralatan dengan baik.
7.
Bekerjanya cepat tanpa mengorbankan mutu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar